Minggu, 04 Januari 2015

Chek MaTa

Masih soal seputar mata, saya jadi teringat tulisan saya mengenai kesehata mata. Silahkan dinikmati tulisan saya dibawah ini yang pernah terbit di Investor Daily pada 1 November 2014. 



Kesehatan mata tidak boleh disepelekan dan harus dijaga dengan baik. Terlebih, saat ini gaya hidup dan budaya kerja memaksa mata untuk bekerja lebih keras, terutama saat mata berinteraksi dengan gadget. Hal tersebut karena mata sangat rentan dengan berbagai penyakit yang akan mengganggu pengelihatan bahkan menyebabkan kebutaan.

Dokter spesialis mata Klinik Mata SMEC Dr Ikhsan Revino SpM mengungkapkan mata yang selalu digunakan untuk melihat gadget seperti kompuer, smartphone, maupun tablet dalam waktu lama dan tanpa istirahat. Menggunakan gadget yang berarti menatap layar dalam jarak dekat dalam waktu lama, memang akan menyebabkan kelelahan mata. Sebab mata terpapar cahaya secara berlebihan.Hal tersebut dapat mengakibatkan Asthenophia atau mata lelah, yaitu pupil mata lambat beraksi terhadap cahaya karena telah berlebihan terkena cahaya. Dampak parahnya, bisa menimbulkan silindris atau astigmat. “Pasien biasanya tidak sadar dengan kondisi yang ada dan mereka baru pergi menemui dokter mata setelah mengalami masalah yang lebih serius,” ungkap dia di Jakarta, belum lama ini.

Tidak hanya itu, lanjut Dr Ikhsan, pengunaan gadget yang lama akan menganggu hormon Melatonin yang berfungsi sebagai anti oksidan dan mengontrol tidur. Sehingga akan menurunkan ketahanan tubuh. Bahkan, gaya hidup saat ini juga menyebabkan katarak terjadi pada usia yang lebih muda. Jika dahulu katarak hanya terjadi pada pasien berusia 60 tahun, kini sering ditemukan pada mereka yang berusia 50 tahun. Bahkan, pada usia 30 tahun. “Semua itu, bermula kelelahan mata yang dibiarkan dan tidak ditangani segera. Untuk itu, gejala mata lelah adalah mata perih dan berair. Kadang disertai nyeri di sekitar mata sehingga terasa berat layaknya orang mengantuk,” jelas dia.

Sementara itu, dokter spesialis mata anak SMEC Dr DAN Canara Sari SpM menambahkan mata lelahjuga biasa terjadi pada anak-anak. Mengingat, saat ini banyak anak-anak yang telah terpapar gadget sejak kecil. Tak heran apabila sata ini banyak ditemui anak-anak usia balita menggunakan kacamata. Hal tersebut terjadi katena gadget memaksa mata anak untuk melihat secara dekat dan lama-kelamaan akan mengganggu dan menurunkan kemampuan fokus jarak jauh. Untuk itu, sebaiknya orang tua agar anak-anaknya tidak berlebihan saat menggunakan gadget. Namun, tidak ada batas waktu yang pas berapa lama dalam bermain gadget. Ia menyarankan untuk anak rasanya satu jam cukup dan tidak terus-menerus.

Perhatikan pencahayaan ruangan. Yang penting keseimbangan karena ada temuan antara pemakaian gadget dengan myopia (rabun jauh). Menurut penelitian di Singapura, anak yang aktivitas di luar rumahnya banyak resiko (mata) minusnya berkurang,” tambah perempuan yang akrab dipanggil dr Nanda.

Cek Mata

Sementara itu, Chief Executive Officer (CEO) SMEC Dr Imsyah Satari SpM menambahkan, pada beberapa kasus mata lelah penderitanya kerap merasa leher terasa berat. Bahkan, penderita kerap tidak mengetahui gejala tersebut dan sering menganggapnya sebagai gejala darah tinggi atau diabetes. Untuk itu, diperlukan pengecekan mata teratur untuk mengetahui kondisi-kondisi yang dapat menimbulkan kebutaan dapat diketahui lebih cepat dan pengobatan dapat dilakukan lebih dini. Namun, banyak orang awam yag beranggapan memeriksa mata hanyalah dengan kemampuan melihat yang biasanya dilakukan dioptik-optik. “Padahal, pemeriksaan mata yang sehat tidak hanya mencakup hal tersebut. Misalnya saja pemeriksaan kondisi retina,” ujar dia.

Dr Imsyah mengatakan pemeriksaan perlu dilakukan sedari dini. Anak di bawah 3 tahun perlu diperiksakan kondisi matanya, khususnya bila terlahir prematur dan terdapat sejarah adanya gangguan penglihatan dalam keluarga. Kondisi-kondisi seperti Strabismus (juling), Amblyopia (Lazy eyes) dan Ptosis (turunnya kelopak mata atas) akan dapat diidentifikasi lebih dini dengan pemeriksaan tersebut, sehingga dapat dilakukan terapi untuk kondisi tersebut. Sebelum anak mencapai usia 5 tahun, lebih baik telah diperiksakan ketajaman penglihatan / pemeriksaan visus. Pada usia sekolah pemeriksaan berkala sangat penting, mengingat kurangnya ketajaman penglihatan akan menghambat aktivitas anak baik di dalam maupun di luar kelas.Perlu diperhatikan juga beberapa kondisi yang mungkin merupakan gejala suatu penyakit.

Misalnya saja, rasa tidak nyaman maupun sakit dalam melihat atau memutar bola mata, kilatan cahaya yang mengganggu penglihatan, melihat suatu titik atau tanda yang menetap pada ruang pandang, mata kering yang menyebabkan rasa gatal dan terbakar,” papar dia.

Setelah menginjak usia 40 tahun, lanjut dr Imsyah, perlu juga dilakukan pemeriksaan mata yang menyeluruh. Hal ini dikarenakan beberapa kondisi pada mata berkaitan dengan penambahan usia. Keluhan yang umum dirasakan adalah rabun dekat. Kondisi lain yang perlu diperhatikan adalah menurunnya ketajaman penglihatan yang merupakan pertanda munculnya katarak, peningkatan tekanan dalam bola mata yang dapat menyebabkan glaukoma, bahkan degenerasi makula, yang merupakan pusat dari retina mata yang berperan untuk penglihatan yang baik. Bila dalam keluarga terdapat sejarah gangguan penglihatan dan diabetes, perlu dilakukan pemeriksaan dengan frekuensi yang lebih sering dibandingkan frekuensi pada biasanya.

Anjuran Cek Mata
Berikut merupakan anjuran dari American Academy of Ophthalmology mengenai frekuensi pemeriksaan mata :
Di bawah 3 tahun : setiap menemui dokter anak
Usia 3 – 19 tahun : setiap 1 sampai 2 tahun sekali
Usia 20 – 29 tahun : minimal 1 kali selama periode tersebut
Usia 30 – 39 tahun : minimal 2 kali selama periode tersebut
Usia 40 – 64 tahun : setiap 2 sampai 4 tahun sekali
Di atas 65 tahun : setiap 1 sampai 2 tahun sekali

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengalaman Memasukan Danesh Sekolah SDIT

Enggak terasa danesh udah semakin besar dan mau masuk SD. Rasanya baru kemarin merasakan betapa sulitnya mendptkanmu nak, sehingga hrs menj...